cover
Contact Name
Yaqzhan
Contact Email
yaqzhanjurnal@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
yaqzhanjurnal@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
ISSN : 24077208     EISSN : 25285890     DOI : -
Jurnal Yaqzhan adalah jurnal ilmiah yang fokus dalam publikasi hasil penelitian dalam kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini terbit secara berkala dua kali dalam setahun pada bulan januari dan juli. Jurnal Yaqzhan terbuka umum bagi peneliti, praktisi, dan pemerhati kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini dikelola oleh Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jurnal ini pertama kali terbit pada tahun 2015.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2016)" : 8 Documents clear
POLA PEMIKIRAN KELOMPOK TRADISIONALIS DAN MODERNIS DALAM ISLAM Naila Farah
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.501 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.884

Abstract

Islam sebagai suatu agama mempunyai satu karakteristik yang khas yang membedakannya dengan agama lainnya. Karakteristik ini yang kemudian membawa satu identitas yang jelas pada pemeluknya yang disebut kemudian sebagai muslim. Meskipun begitu, dalam kenyataannya bahwa tidak semua muslim mempunyai cara pandang dan kesimpulan yang sama ketika menafsirkan ajaran Islam. Sering kali ditemukan perbedaan di antara umat Islam mulai dari hal yang bersifat kecil sampai pada hal yang besar sekalipun. Hal yang demikian kemudian melekatkan sejumlah sifat dan penamaan terhadap corak pemikiran umat Islam itu. Tulisan ini berupaya memetakan pola pemikiran yang ada di dalam umat Islam dengan segala karateristik yang ada di dalamnya. Kesimpulannya bahwa penulis setidaknya menemukan bahwa pemikiran muslim dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu pola pemikiran muslim tradisionalis dan pola pemikiran muslim modernis yang masing-masing mempunyai ciri dan karakteristiknya masing-masing.Kata Kunci: Islam, Pola Pemikiran, Tradisionalis, Modernis
WAYANG KULIT PURWA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN SPIRITUAL DI CIREBON Risma Dwi Fani
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.195 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.908

Abstract

Abad ke 14 Masehi menjadi sebuah saksi awal penyebaran ajaran Islam di Cirebon. Peradaban berkembang dan mencapai era keemasan dengan pengangkatan Syarif Hidayatullah menjadi kuwu Cirebon. Masa kejayaan tersebut tidak hanya dalam penyebaran ajaran Islam melainkan juga dalam pembaharuan budaya Cirebon, yang merupakan formasi residual pra-Islam dan pasca-Islam. Wali Sanga sebagai pelopor kreativitas Islam tersebar ke Pulau Jawa khususnya Cirebon. Penyebaran Islam oleh para Wali tersebut menggunakan berbagai media diantaranya ialah melalui kesenian dan budaya lokal. Wayang kulit menjadi salah satu media yang berandil besar dalam penyebaran Islam ke semua kalangan. Pendidikan budi pekerti dan juga spriritualitas diselipkan oleh para Walin Sanga dalam pergelaran wayang kulit. Di setiap daerah, pergelaran wayang memiliki aspek kemenarikannya tersendiri, termasuk salah satunya di Cirebon, di mana berkembang salah satu jenis wayang yang diberi nama wayang kulit purwa gagrak Cirebon. Eksistensi wayang kulit purwa Cirebon sampai saat ini masih berkobar secara fluktuatif. Tulisan ini akan mengkaji secara khusus berkenaan dengan sejarah wayang kulit purwa Cirebon dan fungsinya sebagai media pendidikan spritualitas pada masyarakat Cirebon Kata Kunci: Cirebon, Wayang Kulit Purwa, Pendidikan Spiritualitas. 
KONSEP METAFISIKA EMMANUEL LÉVINAS Ahmad Jauhari
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.698 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.910

Abstract

Berangkat dari keprihatiannya atas kecenderungan filsafat Barat yang berpusat pada subjek, sekaligus biang-keladi atas pelbagai kebiadaban dunia modern, Levinas menerobos gagasan pendahulunya, yakni Edmund Husserl dan Martin Heidegger. Bertolak dari fenomenologi Husserl dan ontologi Heidegger, Levinas menemukan bahwa filsafat subjek bukanlah dasar metafisika, melainkan bila dikuak lebih mendalam, filsafat subjek inti dasarnya adalah the Other. Karenanya, the Other bagi Levinas merupakan dasar metafisika, bukan pada filsafat subjek. Karenanya, Levinas menyimpulkan bahwa, dasar filsafat bukanlah terletak pada metafisika, melainkan metafisika justru bertolak dari etika, sebagai the Other yang memungkinkannya. Kata Kunci: Fenomenologi, Metafisika, Etika, The Other, Wajah, Tanggung Jawab, Ontologi, Interioritas, Eksterioritas
HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM: STUDI PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR Ibnu Farhan
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.599 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.955

Abstract

Aksi  terorisme yang bermula pada tanggal 11 Sepetember 2001, dan rangkaian peristiwa teror lainnya, yang  dilakukan umat Islam radikal hingga saat ini, pada gilirannya membuat masyarakat Barat beranggapan bahwa agama Islam seolah-olah membenci umat lain dan tidak menghargai Hak Asasi Manusia. Hal ini kemudian direspon oleh sebagain pemikir muslim, baik yang berada di Barat maupun Timur. Salah satu dari pemikir muslim tersebut adalah Seyyed Hossein Nasr, yang secara aktif memberikan pemahaman kepada masyarakat Barat, baik secara lisan dan tulisan, berkenaan dengan inti ajaran Islam yang sesungguhnya yang jauh dari terorisme, dan justru bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam. Tulisan ini akan membahas tentang pemikiran Seyyed Hossein Nasr berkenaan dengan konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam dan karakteristik konsep tersebut yang membedakannya dengan konsep Hak Asasi Manusia secara umum. Kata Kunci: Terorisme, Hak Asasi Manusia, Islam Radikal
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI MADRASAH (Potret dari MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon) A Syatori
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.557 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.912

Abstract

Penelitian ini berupaya mengkaji dan menganalisis implementasi atau penerapan konsep pendidikan multikulural dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Babakan Ciwaringin Cirebon. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data memakai teknik wawancara mendalam, studi dokumen, dan studi pustaka. Metode pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan menyebarkan angket/kuesioner. Metode ini dilakukan terutama untuk mengumpulkan data kuantitatif yang berfungsi untuk mengetahui gambaran awal sekaligus mengukur tingkat pemahaman dan sikap responden tentang ide-ide multikulturalisme. Penelitian ini mengambil setting studi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Subyek penelitian ini terdiri dari empat unsur. Pertama, pengelola madrasah MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon yang terdiri dari kepala madrasah, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan dan ketua BP/BK. Kedua, komite madrasah. Ketiga, dewan guru yang terdiri dari guru bidang studi dan pembina organisasi siswa. Keempat, siswa-siswi yang dipilih berdasarkan kategori aktifis dan non-aktifis dalam organisasi siswa. Point penting dari temuan lapangan penelitian ini adalah bahwa secara umum pemahaman dan sikap civitas akademika MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon, baik terhadap ide-ide multikulturalisme maupun pendidikan multikultural, boleh dikata sudah cukup memadai. Hal ini terutama karena faktor keberadaan pondok pesantren Babakan Ciwaringin yang memiliki akar kesejarahan dan kultural yang kuat dengan madrasah itu.Kata Kunci: Multikulturalisme, Pendidikan Multikultural, Cultural Studies.
REALITAS PENGETAHUAN DAN SUBJEK YANG MENGETAHUI MENURUT THABATHABA’I Fuad Nawawi; Sahal Mubarok
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.573 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.956

Abstract

Thabathaba’i mengajukan “gugatan” pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan tergantung persepsi subjek seperti apa yang dikatakan kaum shopis “apa yang kita ketahui tak lain hanya sekedar persepsi kita, dan tidak memiliki realitas eksistensinya. Namun, bagi Thabathaba’i, bukan berarti peran subjek tidak ada, karena, menurutnya realitas pengetahuan, secara ontologis pada hakikatnya adalah riil. Sebab, pengetahuan manusia yang didasarkan dari persepsi dirinya sebagi subjek terhadap objek di luar dirinya yang dipersepsikan adalah bersifat kuiditatif (māhīyat). Karena jika tidak demikian, maka dengan sendirinya tidak akan pernah manusia memiliki pengetahuan.  Lalu, bagaimana relasi antara realitas pengetahuan kita di dalam mental dengan realitas  di luar? Apakah realitas pengetahuan di mental berbeda dangan realitas pengetahuan di alam luar? Pada dasarnya, menurut Thabathaba’i, seluruh objek pengetahuan eksternal tak lain merupakan konsep-konsep mental kita. Namun, konsep-konsep mental tersebut memiliki karakteristik yang khas, yaitu semacam “cermin” yang dapat memantulkan gambaran luarnya (mir‘ātun masyīrat ilā al-khārij). Ia merupakan produk  imajinal tentang pengetahuan eksternal pada mental kita tanpa perantara pada tahap awalnya. Selanjutnya, mental kita pada tahap kedua, menandaskan bahwa konsep-konsep pengetahuan tersebut memiliki realitas eksistensinya di alam eksternal. Kemudian pada tahap akhir, mental kita menyatakan bahwa kehadiran dan kemunculan realitas konsep-konsep tersebut di mental kita bertitik tolak dan bersumber dari efek-efek realitas eksternal   Kata Kunci: Realitas Pengetahuan, Kuiditatif, Konsep Mental, Realitas Eksternal
PERAN TASAWUF DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI DUNIA PENDIDIKAN DI TENGAH KRISIS SPIRITUALITAS MASYARAKAT MODERN Asep Kurniawan
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.77 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.907

Abstract

Pendidikan adalah setiap upaya untuk memelihara dan mengembangkan sifat dasar manusia baik yang bersifat esoterik maupun eksoterik. Pada kenyataannya, aspek esoterik pada diri manusia tertinggal jauh dalam dunia pendidikan. Akibatnya, orientasi pendidikan mengarah kepada nuansa yang lebih materialistik, individualistik, dan sekularistik. Dengan demikian, hal ini dapat mereduksi secara masiv eksistensi manusia itu sendiri. Untuk mengatasi persoalan ini, maka diperlukan reorientasi pendidikan ke arah holistik dengan penanaman nilai-nilai spiritual keagamaan (sufistik) melalui pensucian diri dan perasaan akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Pemecahan masalah ini akan menjadikan integrasi vertikal penyerahan diri terhadap Allah dan dimensi dialektik secara horizontal terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Oleh karena itu, hal ini akan dapat difahami bahwa nilai-nilai sufistik tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah-masalah pendidikan. Kata Kunci:Tasawuf, Pendidikan, Spiritual, Akhlak
MENJADI MANUSIA BAIK DALAM PERSPEKTIF ETIKA KEUTAMAAN Iffan Ahmad Gufron
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.235 KB) | DOI: 10.24235/jy.v2i1.909

Abstract

Aristoteles dalam karyanya Nichomachean Ethics memulai pertanyaan dengan “apakah kebaikan manusia itu?” dan jawabannya adalah “kebaikan manusia merupakan aktivitas jiwa dalam kesesuaiannya dengan keutamaan. Dalam memahami etika, kiranya kita harus memahami apakah yang membuat seseorang menjadi pribadi utama. Aristoteles menjawabnya dengan empat keutamaan: yaitu, keberanian, kontrol diri, kemurahan, dan kejujuran. Ia juga menekankan bahwa  keutamaan itu tidak akan terjadi dalam ekstrimitas tetapi selalu dalam jalan tengah. Di samping itu Aristoteles bersama sejumlah pemikir kuno lainnya termasuk Sokrates dan Plato mendekati etika dengan mempertanyakan “sifat karakter macam apakah yang membuat seseorang menjadi pribadi yang baik?”, sehingga pada waktu itu terutama sejak Aristoles sampai dengan Abad Pertengahan, etika keutamaan menjadi sangat dominan di filsafat Barat. Keutamaan menjadi titik pijak dalam diskusi etika. Kita mengandaikan keutamaan membuat seseorang menjadi manusia yang baik. Lebih jauh kita ingin lebih mengenal apa yang dimaksud dengan keutamaan. Jika kita ingin menyifatkan keutamaan, mungkin dapat kita mengatakan bahwa keutamaan merupakan disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kemurahan hati sebagai contoh, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang membagi harta bendanya untuk orang lain yang membutuhkan dan kita sepakat bahwa prilaku tersebut adalah baik dan terpuji.  Kata Kunci: Baik, Etika dan Keutamaan

Page 1 of 1 | Total Record : 8